Oleh : Hamdani Mulya
SANTERDAILY.COM | LHOKSEUMAWE—Secangkir air mata
Kutuang dalam gelas warna perak
Tak sebanding denganmu
Kan tinggalkan suatu kenangan
Dalam rimba duka
Berderai air mata setelah shubuh itu
Luka, Perih, Sedih, Pilu
Aku kabarkan rindu kepada sahabatku
Di kampung yang gempa itu
Kala gempa membangunkanmu untuk shalat
Menjelang shubuh itu
Ketika 6,5 SR menghentak tanah
Lalu tumpahlah air matamu
Rumah bergoyang
Masjid pun ikut sujud dan rukuk
Sebagai tanda kiriman surat
Dari Ilahi ya Rabbi
Surat yang tak tertulis
Tetapi tersurat dalam sejarah gempa itu
Hanya orang yang bisa membaca tanda-tanda
Yang mampu pahami isinya
Sumbok Rayeuk, Aceh Utara, 19 Desember 2016